Kamis, 24 Desember 2009

kesulitan belajar siswa yang disebabkan oleh gangguan emosional

Pendekatan Filosofis terhadap Penyelesaian Masalah Klien dalam Proses BPI

"Kesulitan Belajar Siswa yang disebabkan oleh Gangguan Emosional"

BAB I : Pendahuluan

Jika kita mendengar cerita dari seorang guru tentang anak muridnya yang cerdas, secara sepintas anak tersebut dianggap sebagai anak yang berhasil dan tidak mempunyai masalah. Hasil prestasinya baik, dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan dan tuntutan sekolah, disenangi teman-teman, guru-gurunya dan sebagainya. Jika ditelusuri lebih dekat maka ternyata anak yang dianggap cerdas ini juga mempunyai masalah, misalnya ia mempunyai rasa was-was, berdebar-debar, dan agak gugup dalam menghadapi ujian dan agak gugup pula kalo menghadapi orang banyak.

Sebelum kita membahas diri manusia itu sendiri, kita akan membahas terlebih dahulu mengenai latar belakang kesulitan belajar siswa yang meliputi: bentuk-bentuk gangguan emosional, indikator-indikator dari sikap tersebut, latar belakang gangguan emosional, lalu kemudian diri manusia itu sendiri dan yang terakhir yaitu cara penanggulan dan bantuan yang dapat diberikan kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar karena gangguan emosional.

BAB II : Pembahasan

A. Gangguan Emosional

Masalah gangguan emosional dapat timbul pada seorang anak dalam usahanya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Gangguan emosional tersebut dapat berbentuk ketakutan, kecemasan, perasaan mudah tersinggung, kenakalan, perasaan gugup dan bentuk-bentuk lainnya. Gangguan emosional itu termasuk kesulitan yang tidak mudah tampak, lebih-lebih kalau anak tersebut memiliki beberapa kelebihan seperti berbakat dan cerdas. Tetapi pada suatu waktu yang kritis, gangguan emosional ini dapat menimbulkan kesulitan juga baginya.

Tingkat keparahan gangguan emosional dan faktor-faktor penyebabnya serta latar belakang terbentuknya kepekaan emosi pada anak itu berbeda-beda. Jika masalah yang ditimbulkan akibat tidak mampunya seorang anak menyesuaikan diri dengan lingkungan, maka akan terdapat 4 kriteria yaitu :

1. Kalau ada keberhasilan dalam penyesuaian anak dengan lingkungannya dikatakan bahwa ia dapat menyesuaikan diri

2. Kalau tidak terjadi kesesuaian antara anak dengan lingkungan maka ia mngalami gangguan dalam penyesuaian dirinya.

3. Kalau dalam kesalahan penyesuaian diri ini, anak mempunyai cukup kekuatan untuk melawan lingkungan maka dapat timbul tingkah laku yang agresif.

4. Kalau anak merasa tidak cukup kemampuan dan kekuatan maka ia akan menarik diri dari lingkungan (memencilkan diri).

Maka dapat dikatakan bahwa agresifitas dan pemencilan diri itu merupakan dua kutub yang berlawanan dari pernyataan tingkah laku yang tidak sesuai. Jadi, pengamatan pertama terhadap gangguan emosional dapat dilihat dari kecendrungan tingkah laku anak yang agresif dan yang memencilkan diri.

a. Indikator-indikator dari tingkah laku Agresif

Adapun contoh-contoh dari perilaku agresif yaitu ;

- Berbohong

Sifat ini bukan gangguan emosional, tetapi itu merupakan gejala bahwa anak merasa lebih baik tidak mengatakan jujur dari pada menghadapi suatu kenyataan yang mungkin menyakitkan hatinya.

- Nyontek dan Mencuri

Itu merupakan salah satu cara untuk menutupi ketidakmampuan untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapinya.

- Merusak

Sifat ini bukan perbuatan alamiah si anak, mungkin karena tidak sengaja, akan tetapi bila dengan sengaja, ini merupakan agresifitas yang perlu mendapatkan perhatian.

- Kejam

Anak berbuat kekejaman mungkin karena ia tidak tahu. Tetapi dapat juga ia berbuat kejam sebagai pengakuran perlakuan seperti dari anak yang lebih tua, atau dari orang tuanya. Apapun alasannya itu termasuk perbuatan agresif.

- Mengganggu anak yang lebih kecil

Ini termasuk perbuatan agresif, mungkin saja ada tujuan tertentu seperti memeras dan ingin dianggap sebagai orang yang lebih kuat.

- Menentang

Sifat ini dapat merupakan cara anak menyatakan kebebasannya. Ini juga mungkin merupakan caranya untuk mengidentifikasi diri.

- Marah-marah

Merupakan gjeala ketidaksesuaian emosional. Setiap kali ia merasakan sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginannya maka ia akan marah-marah atau uring-uringan.

Gangguan emosional ini biasanya timbul karena ketidakmampuannya menyesuaikan diri dengan lingkungan. Sifat agresifitas dapat juga disebabkan oleh pengaruh lingkungan yang kurang menguntungkan atau kebiasaan tingkah laku teman-temannya. Contohnya : jika ia mempunyai teman yang agresif atau berlatih bela diri, yudo, karate, dan lain-lain yang mengutamakan kekerasan dan kekuatan. Keagresifan inilah yang dibawa dan dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari.

b. Indikator-indikator dari perilaku memencilkan diri

Anak yang memencilkan diri biasanya tidak banyak menimbulkan gangguan, tetapi mungkin saja ia mempunyai masalah yang serius. Adapun contoh dari perilaku memencilkan diri yaitu :

- Menangis

Pada masa TK, jika anak menangis itu merupakan hal yang biasa, namun jika sudah agak lama anak tersebut menangis itu merupakan gejala kekurangmatangannya untuk sekolah. Kalo anak yang lebih besar menangis itu dapat dikarenakan ia tidak mampu menghadapi situasi menegangkan, masalah, atau kesulitan.

Pada umumnya menangis mempunyai nilai mengendurkan ketegangan perasaan, terlalu bergenbira dapat keluar air mata, terlalu merasa sedih dapat diredakan dengan menangis. Dan kalau anak terlalu sering menangis itu dapat menunjukkan adanya gejala-gejala emosional.

- Melamun

Sifat ini dapat merupakan gelaja melarikan diri dari kenyataan, terutama yang tidak menyenangkan. Tidak jarang melamun dapat merupakan gejala emosional.

- Anak yang mudah merasa takut dan tidak tahu sebabnya

Hal ini merupakan gejala yang dapat mengarah ke masalah gangguan emosional.

Anak yang suka memencilkan diri sendiri, sering adanya kekurangan dirinya, terutama kepercayaan kepada dirinya sendiri. Untuk menutupi kekurangan-kekurangannya, ia membuat cerita-cerita tentang dirinya yang menarik.

c. Gejala-gejala jasmaniah dari ganguan emosional

Menggigit-gigit jari, mengusap-ngusap bagian badan, mungkin juga merupaskan suatu kebiasaan saja, tetapi kalau anak sering kali melakukan gerakan-gerakan itu, dapat merupakan reaksi terhadap gangguan emosional yang pernah dialami.

Kedipan mata yang sering, gerakan-gerakan yang aneh, dan suara-suara yang tidak wajar dapat merupakan gejala dari suatu gangguan emosional.

Kesadaran terlalu tinggi akan kekurangan jasmaniah dapat menimbulkan gangguan emosional.

d. Latar Belakang Gangguan Emosional

Gangguan emosional dapat disebabkan oleh hal-hal yang dialami sekarang, tetapi lebih banyak dilatarbelakangi oleh pengalaman yang lalu. Faktor-faktor yang melatarbelakangi gangguan emosional dapat berpangkal pada pengalaman di rumah, di sekolah, atau di masyarakat, dengan guru, teman, orang dewasa lain, dan sebagainya. Tetapi yang lebih besar pengaruhnya dan mendasari pengalaman-pengalaman yang lain adalah kehidupan di dalam keluarga.

Anak yang mempunyai gangguan emosional besar, kemungkinan mempunyai kehidupan keluarga yang kurang menguntungkan atau pergaulan dengan teman-teman yang agresif.

B. Kesulitan belajar siswa berdasarkan tinjauan Filsafat Manusia

Dalam setiap masalah atau problema yang terjadi, filsafat manusia memfokuskan dirinya pada pribadi diri manusia itu sendiri. Dalam setiap masalah, individu berperan aktif didalamnya bahkan masalah tersebut terkadang datang atau muncul karena disebabkan oleh individu itu sendiri. Dalam pembahasan ini yang dibahas yaitu perilaku yang Agresif dan Memencilkan diri.

a. Perilaku Agresif

jika dilihat dari dalam faktor individu itu sendiri, sikap agresif dapat disebabkan oleh gangguan psikisnya atau keadaan jiwanya, dapat pula berupa pengalaman-pengalaman yang tidak baik dari orang lain. Perilaku tersebut dapat dikontrol jika anak tersebut atau orang tersebut sudah dapat membedakan mana yang baik dan benar. Untuk anak remaja dan seterusnya, selayaknya sudah dapat mngatur diri sendiri, mana yang baik dan buruk.

Perilaku Agresif ini merupakan suatu kepemilikan atau kebiasaan

C. Peranan Bimbingan dan Konseling dalam mengatasi kesulitan belajar siswa yang disebabkan oleh gangguan emosional

Dalam proses penyembuhan, bagi yang mengalami gangguan emosional ringan dapat bersifat sementara dan mudah untuk disembuhkan. Namun, bagi yang mengalami gangguan emosional berat lebih sukar disembuhkan dan sering berupaya menghilangkan latarbelakangnya terlebih dahulu.

Bimbingan dan komnseling melakukan 2 cara yaitu Penanggulangannya dan bantuan yang dapat diberikan.

a. Penanggulangan

Ada 4 atahp Penanggulangan yaitu :

1. Dengan cara menelaah status siswa

yaitu mengumpulkan data informasi siswa tentang :

- Letak kekuatan dan kelemahan siswa dalam mengatasi tiap-tiap mata pelajaran disekolah.

- Hubungannya dengan anggota keluarga, guru, teman-teman sekelas, teman- teman dipergaulannya di luar sekolah.

- Sikap dan perilakunya dalam mengatasi situasi-situasi.

Adapun alat bantu yang digunakan yaitu :

> Wawancara dengan sisiwa tersebbut, guru, orasng tua, siswa (teman-temanya) dan sebagainya.

> Observasi diluar dan didalam kelas, dengan Cheklist.

> Test disusun oleh Guru atau Konselor

2. memperkirakan sebab-sebab kesulitan belajar

3. Menegakkan Diagnosa

Pada umumnya deskripsi diagnosa meliputi 4 aspek yaitu :

1. Aspek Intelektual (kemampuan-kemampuan inteligensinya)

a. Menguraikan tentang aktifitas-aktifitas intelektual

b. Menguraikan apa yang mungkin menjadi optimal niveau-nya.

c. Menguraikan tentang kemungkinan-kemungkinan positif yang dimilikinya dan tentang kemungkinan-kemungkinan negatif (atau yang tidak dimilikinya)

d. Bagaimana tendens-tendens ini nampak dan dikuasainya dalam menjalankan controle fungsinya.

2. Aspek Affektif, motivas dan pengendaliannya.

a. Apa yang menjadi sifat-sifat dasar yang khusus

b. Ada tidak adanya penyimpangan tertentu

c. Pre-occupasi apa saja yang ada

d. Bagaimana tendens-tendens ini menjadi pendorong atau penghalang dalam motivasinya.

3. Aspek Diagnostik Umum

a. Sedapat mungkin memberikan gambaran keseluruhan atau kemungkinan-kemungkinan yang dihadapinya.

b. Kemungkinan-kemungkinan atau defect-defect apakah yang misalnya logikanya, assosiasinya, percepsinya dan sebagainya.

4. Aspek Saran untuk Konseling dan prognioosa (harapamn sembuhnya)

a. Apa yang dapat dinasehatkan dalam kasus ini (theuraphhetis, educative, vocasional).

b. Apa saran pemeriksaan lain yang lebih mendalan tentang kelainan yang diduga (organios).

c. Bagaimana prognosisnya (sejauh mana harapan sembuhnya).

B. Bantuan yang diberikan kepada anak yang mengalami gangguan emosional

Terdapat 2 cara yang dapat dilakukan yaitu

1. Bantuan langsung kepada Anak

2. Bantuan dan kerja sama dengan orang-orang yang berpengaruh terhadapnya, maka yang ditackle tidak hanya anaknya tetapi juga orang tuanya, gurunya, temannya dan sebagainya.

Biasa disebut juga dengan cara "TERPADU" artinya tidak hanya bantuan langsung kepada anak, tetapi juga bantuan kerjasama dengan pihak-pihak lain, misalnya orang tua, guru, dapat juga dengan temannya secara simultan.

Cara yang dilakukan yaitu :

1. Bantuan Langsung kepada anak

a. Biasanya tekhnik yang dilakukan yaitu "Electic Counseling", yang merupakan gabungan antara directive dan non-directive counseling yang diintegrasikan.

Electic yaitu Choosing the best out of everything (memilih yang terbaik, yang paling cocok dari berbagai pilihan ). Dengan demikian, Electic Counseling adalah memilih diantara tekhnik-tekhnik konseling yang paling cocok untuk client itu.

Electic Counselor mendasari konselingnya atas konsep-konsep yang diambil dari sejumlah pendekatan dan tidak pada satu pendekatan yang eksklusif. Kalau ia menggunakan secara sengaja dalam prakteknya konsep directive maupun non directive, maka hasilnya adalah electic.

Menurut Webster dictionary, yang benar-benar ecletic adalah "Strives to select that which he finds best in the various theories or systems (usaha untuk memilih satu yang ia anggap terbaik diantara berbagai teori atau sisitem). Leona E. Tyler menyarankan, supaya setiap koselor hendaknya berusaha untuk mengembangkan sintesanya sendiri. Menegakkan suatu teori sendiri barang kali merupakan kewajiban selama hidupnya.

Pendekatan electic merupakan pendekatan konselor, sesuai dengan orientasinya, pandangan hidupnya, style of lifenya. Dari pengalaman praktek yang kumulatif, konselor berusaha membentuk satu pendekatan konseling yang merupakan perpaduan dari berbagai pendekatan, disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan yang klien hadapi. Jadi pendekatan electic ini :

- Merupakan pendekatan konseling yang sesuai dan selaras dengan orientasi, style of life dari konselor.

- Disesuaikan dengan masalah yang dialami oleh klien. Keadaan klien sendiri dan lingkungannya dan tujuan konseling.

b. Tekhnik eclectic conseling ini dapat digunakan baik untuk mengatasi agresifitas maupun pemencilan diri.

c. peranan konselor terutama :

- memberikan pengertian-pengertian tentang pemahaman diri, lingkungan, penyesuaian-penyesuaian, merubah suasana emosi, merubah pandangan, sikap dan perilaku.

- Usaha memberi motivasi positif, misalnya menciptakan hubungan baik dengan guru dan teman-teman, pemberian tanggungjawab.

- Usaha mengganti kebiasaan-kebiasaan dan memberi latihan-latihan dan reinforcment.

2. Bantuan Kerjasama dengan pihak lain.

Bersamaan waktunya dengan bantuan langsung pada anak, maka bantuan kerjasama yang paling penting dalam merubah gangguan emosional siswa ialah dengan orang tua, guru dan teman-teman.

Mereka diminta berpartisipasi aktif ikut serta dalam usaha bersama untuk menolong siswa ini. Mereka diajak bertukar pikiran untuk mendapatkan jalan keluarnya, cara-cara memperlakukan siswa yang tepat dan kemudian di praktekkannya dengan pengarahan-pengarahan dari konselor.

Daftar Pustaka

Partowisastro, Koestoer, Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah-sekolah jilid 3, Jakarta : Erlangga, 1984.

Partowisastro, Koestoer, Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah-sekolah jilid 2, Jakarta : Erlangga, 1984.

Hallen, Bimbingan dan Konseling, Jakarta : Ciputat Pers, 2002.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar